Kamis, 10 Maret 2016

Tugas akhir sekolah PPKN


MAKALAH
TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
 MARAKNYA TAWURAN ANTAR PELAJAR ”






KELOMPOK 1
XII - TKJ 3
*    Endah Cahya Sundari
*    Esta Resfayuni
*    Ajeng Rislan Pratiwi
*    Adang Hidayat
*    Anggi Pratama Umbarani
*    Asgar Fauzi
*    Barirosdi Amrulloh
*    Dede Yusuf

MAJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
MUHAMMADIYAH KOTA TASIKMALAYA
SMK MUHAMMADIYAH KOTA TASIKMALAYA
TERAKREDITASI “ A ”
Jl. Rumah Sakit No. 29 Tasikmalaya telp. (0265) 32738





KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah PPKN ini dengan baik. Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah PPKN yang telah kami buat berjudul MARAKNYA TAWURAN PELAJAR. Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar untuk mereka yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran makalah PPKN ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga mengurangi maraknya tawuran antar pelajar.

Tasikmalaya, 06 Maret 2016

Endah Cahya Sundari

DAFTAR ISI
1.   KATA PENGANTAR ……………………………………………….
2.   BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
Ø LATAR BELAKANG MASALAH
Ø RUMUSAN MASALAH
Ø TUJUAN PENELITIAN
3.   BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………
Ø PENGERTIAN TAWURAN
Ø FAKTOR-FAKTOR MARAKNYA TAWURAN
Ø DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI TAWURAN
Ø BAGAIMANA UPAYA MENEKAN LAJU TAWURAN DIKALANGAN PELAJAR
4.   BAB III PENUTUP ………………………………………………….
Ø KESIMPULAN
Ø SARAN
Ø SUMBER INFORMASI INTERNET
 






BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      LATAR BELAKANG MASALAH
Kriminalitas atau tindak kriminal merupakan segala macam bentuk tindakan yang merugikan tidak hanya dari segi ekonomi melainkan juga berpengaruh buruk  pada segi psikologis khususnya bagi para korban kriminalitas, dimana perbuatan tersebut melanggar hukum serta norma-norma sosial dan agama yang berlaku. Di era globalisasi ini seringkali terdengar dan terjadi kriminalitas yang menyebabkan banyak orang merasa takut, resah, dan diliputi rasa tidak nyaman. Kriminalitas juga dapat terjadi dalam kalangan para pelajar, salah satunya adalah TAWURAN ANTAR PELAJAR.
Dewasa ini, tawuran sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi di telinga kita. Bahkan, hampir setiap hari ada saja media yang menayangkan kasus-kasus tawuran. Tawuran yang berkaitan dengan tindak kekerasan bisa terjadi di kalangan pelajar terutama yang notabenenya adalah generasi penerus bangsa yang akan mengambil alih kepemimpinan bangsa nantinya. Pelajar merupakan aset bangsa yang menentukan maju atau mundurnya suatu bangsa.
Contohnya Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.


1.2.      RUMUSAN MASALAH
2.1. Pengertian tawuran?
2.2. Faktor-faktor maraknya tawuran pelajar ?
2.3. Apa dampak yang di timbulkan dari tawuran pelajar?
2.4. Bagaimana upaya menekan laju tawuran di kalangan pelajar?

1.3.      TUJUAN PENELITIAN
3.1. Sebagai tugas akhir di semester genap.
3.2. Dorongan keingin tahuan “apa pengertian tawuran yang sebeneranya”.
3.3. Dan semakin maraknya tawuran .



BAB II
PEMBAHASAAN
2.1.   PENGERTIAN TAWURAN
          Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “tawuran” berarti perkelahian yang melibatkan sekelompok orang. Berikut adalah beberapa pandangan tentang tawuran:
a.      Tawuran adalah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang disebabkan kurangnya komunikasi antar pihak terkait dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
b.      Tawuran adalah suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau suatu rumpun masyarakat atau suku karena adanya perbedaan pandangan dan tujuan akan suatu hal.
c.  Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang bersifat anarkisme dan premanisme yang dapat mengakibatkan kerugian berupa kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
Aspek kecenderungan kenakalan remaja dalam hal tawuran terdiri dari:
§  Aspek perilaku yang melanggar peraturan atau status.
§  Perilaku yang membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
§  Perilaku yang mengakibatkan korban materi.
§  Perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenil deliquensi). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian (tawuran) , dapat digolongkan dalam dua jenis delikuensi, yaitu:
1.    Delikuensi situsional
Perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.     Delikuensi sistematik
Para remaja yang terlibat perkelahian berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus di ikuti dan dipatuhi oleh anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus di patuhi karena ia berada di lingkup kelompok teman sebayanya.
Dapat dikatakan bahwa tawuran atau tubir adalah istilah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat yang biasanya disertai dengan penggunaan senjata tajam, senjata api dan lain-lain yang mengakibatkan kerugian tidak hanya secara materi tetapi juga secara fisik serta merupakan salah satu tindak kriminalitas.
Pelajar merupakan manusia atau individu yang mengikuti proses pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah dan atas. Kata pelajar pada umumnya merujuk pada individu yang masih menjadi warga atau masih  berada dibawah naungan pihak atau organisasi pendidikan.
Berdasarkan pengertian tawuran dan pelajar diatas dapat disimpulkan bahwa tawuran pelajar merupakan tindakan perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok individu yang statusnya masih mengikuti proses pendidikan dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan remaja dalam bentuk tindak kriminalitas yang melanggar aturan, hukum dan norma-norma, adat istiadat serta agama yang berlaku. Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian masal yang dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang berbeda.
Tawuran pelajar terdiri dari 3 bentuk yaitu :
ü  tawuran pelajar yang telah memiliki rasa permusuhan secara turun temurun sehingga generasi berikutnya harus melakukan tawuran.
ü   tawuran satu sekolah melawan satu perguruan yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah.
ü   tawuran pelajar yang sifatnya insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu.
Tawuran pelajar pada umumnya merupakan bentuk dari penyampaian emosi akan suatu masalah oleh para pelajar sebagai pelakunya yang tidak ditempatkan pada cara yang tepat dan cenderung kearah yang menimbulkan kerusakan bahkan dapat mengakibatkan kematian dimana pelaku dari tawuran tersebut berstatus sebagai peserta didik yang masih menjalankan studi pendidikan dari suatu organisasi pendidikan.

2.2.      FAKTOR-FAKTOR MARAKNYA TAWURAN PELAJAR
Tawuran pelajar yang melibatkan subyek pelaku kelompok pelajar bukan suatu hal yang terjadi tanpa sebab melainkan terdapat beberapa faktor yang memicu terjadinya tawuran pelajar tersebut. Tawuran yang kian marak dikalangan pelajar diartikan sebagai suatu bukti kebijakan pendidikan yang ada selama ini gagal. Kebijakan pendidikan yang berorientasi pada “score test” dan mengindahkan upaya pembentukan dan pendidikan karakter di lihat sebagai salah satu sebab maraknya tawuran pelajar akhir-akhir ini.  Selain itu, tidak adanya pengendalian sosial yang dilakukan oleh keluarga, pemerintah maupun masyarakat juga di pandang sebagai penyebab utama yang menjadikan tawuran pelajar sebagai salah satu tradisi yang ada diantara para pelajar saat ini. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran antar pelajar secara umum adalah sebagai berikut:
2.2.1.   Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi di dalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan di sekitarnya dan semua pengaruh yang berasal dari luar.  Remaja yang melakukan tawuran biasanya tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keanekaragaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal itu akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berfikir terlebih dahulu apa akibat yang akan ditimbulkannya. Selain itu ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah frustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang disekelilingnya. Faktor internal lainnya yang menjadi penyebab terjadinya tawuran adalah kurangnya pendidikan agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudah bagus atau jadi perhatian, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Ketika ia sudah merasa bahwa Tuhan akan selalu mengamatinya setiap saat dan dimana pun itu, pasti ia akan mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut serta menghindari tindak kekerasan
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya tawuran pelajar lainnya adalah adanya jiwa anarkisme dan premanisme yang ada dalam diri pelajar. Anarkisme merupakan tindakan atau perbuatan yang menuju kearah pengrusakan akan suatu hal yang dilakukan secara emosional. Sedangkan,  premanisme berasal dari kata “preman” yang berarti orang yang cenderung menggunakan kekerasan fisik dalam bertindak atau dalam menyelesaikan masalahnya. Pada premanisme, kemenangan diukur karena kekuatan fisiknya bukan intelektualitasnya. Premanisme bertolak belakang dengan jiwa seorang pelajar yang dituntut kecerdasan berfikir, kecerdasan mengelola emosi, dan lain-lain. Jiwa premanisme dalam diri pelajar dapat dihilangkan karena dia tidak semerta-merta muncul begitu saja melainkan karena beberapa hal. Beberapa hal tersebut antara lain:
ü  Tayangan televisi baik film atau berita yang sengaja mengekspose tema-tema kekerasan yang dapat mempengaruhi psikis remaja.
ü   Pengaruh pergaulan yang cenderung mengarah pada tindakan yang melanggar  aturan-aturan yang berlaku.
ü  Pendididikan yang diajarkan keluarga serta lingkungannya yang menjurus pada tindak kekerasan.
ü  Adanya kasus KDRT dalam keluarganya.
ü  Lingkungan tempat tinggal yang penuh dengan tindak kekerasan yang dapat menumbuhkan jiwa premanisme.
2.2.2.   Faktor Eksternal
Penyebab terjadinya tawuran pelajar tidak hanya berasal dari dalam diri individu melainkan terdapat faktor lain yang juga merupakan penyebab yang paling utama terjadinya tawuran antar para pelajar yaitu faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu dimana keberadaannya sangat mempengaruhi faktor internal sehingga individu terlibat dalam aksi tawuran tawuran. Faktor eksternal itu meliputi:

A.    Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama yang dialami oleh individu dan merupakan faktor utama yang dapat memicu terjadinya tawuran. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan dalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja ia akan terbiasa melakukan karena inilah kebiasaan yang berasal dari keluarganya. Selain itu ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa yang tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang tidak baik dapat menimbulkan bahaya psikologi bagi setiap usia terutama pada usia remaja.
Menurut Hirschi ( dalam Mussen dkk, 1994) berdasarkan hasil penelitian bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak. Jadi disinilah peran orang tua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berperilaku baik dan juga sebagai penghambat terjadinya tawuran.
B.   Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya berperan sebagai sarana untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik tetapi juga dapat menjadikan siswa pandai secara akhlaknya. Sekolah merupakan wadah bagi para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik. Hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang  bermutu. Misalnya di sekolah tidak jarang ada seorang guru yang tidak memiliki kesabaran dalam mendidik para peserta didik akhirnya guru tersebut menunjukan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja di tiru oleh anak didiknya karena pada hakekatnya guru berarti “ Di gugu lain di tiru . Lal peran guru dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik serta menanamkan kepribadian baik tersebut dalam diri peserta didik dan menghapus pola tindakan kekerasan pada peserta didik.
C.   Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak baik  akan menjadikan remaja tersebut memiliki kepribadian yang tidak baik pula. Kekerasan yang remaja sering lihat dilingkungannya akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini mengakibatkan para remaja bertindak secara anarkis. Tidak adanya kegiatan untuk mengisi waktu senggang oleh para remaja di sekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
D.   Faktor Teman
Tidak dapat dipungkiri bahwa teman sebagai salah satu hal yang mendorong pelajar untuk berkembang menjadi lebih baik tetapi juga dapat mengarahkan pelajar menjadi individu yang menyimpang. Rasa setia kawan atau lebih dikenal dengan sebutan rasa solidaritas adalah hal yang lumrah atau biasa kita temui dalam kehidupan khususnya dalam kehidupan pelajar. Namun, rasa setia kawan yang berlebihan akan menyebabkan hal yang buruk, salah satunya adalah mengakibatkan terjadinya tawuran pelajar. Seperti tawuran pelajar yang dipicu karena ketersinggungan seorang pelajar yang tersenggol oleh pelajar sekolah lain saat berpapasan di terminal atau masalah kompleks lainnya. Hal ini akan menimbulkan dampak yang negatif bagi perkawanan itu sendiri yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menuju hal yang lebih bermanfaat.
E.   Faktor Hukum
Sikap anarkisme yang di lakukan oleh pelajar sebenarnya tidak terlepas dari sikap negara yang tidak serius dalam menyelesaikan kekerasan pada jalur hukum, sehingga memberikan ruang dan persepsi bagi para pelajar untuk mereproduksi serta melakukan kekerasan serupa. Pelajar sudah lelah dengan kondisi yang ada, dimana penegakan hukum tidak berjalan semestinya. Keadilan hanyalah jargon saja dan menjadi barang yang sangat mahal bagi rakyat kecil khusunya pelajar bahkan hampir tidak pernah menghampiri pelajar, hanya kaum berduit-lah yang bisa merasakannya. Hal inilah yang memberikan ruang bagi para pelajar untuk bertindak semaunya sendiri, tak terkecuali bertindak anarkisme dan premanisme baik dilingkungan sekolah atau saat mereka terjun dalam lingkup masyarakat.

2.3.      DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI TAWURAN PELAJAR
Tawuran pelajar yang semakin marak sudah seperti hal yang menjadi agenda rutin dan membudaya dalam kalangan pelajar. Banyak tawuran yang terjadi antar sekolah hanya karena dendam dari alumni yang tidak terbalas dan akhirnya menjadi budaya turun temurun yang susah untuk dihapuskan atau dihilangkan dalam sekolah tersebut. Apabila tawuran tetap tumbuh dan berkembang di kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak negatif  berupa kerugian baik fisik maupun material. Tidak hanya bagi pelakunya yaitu pelajar tetapi juga sekolah dan masyarakat sekitar yang tidak terlibat langsung dalam tawuran tersebut.
Berikut adalah dampak yang ditimbukan dari adanya tawuran pelajar:
a.    Kerusakan fasilitas umum atau kerusakan material
Aksi tawuran selalu identik dengan senjata tajam seperti pisau dan batu. Aksi tawuran yang terjadi di jalan raya dapat merusak rumah warga dan fasilitas umum yang ada di tempat terjadinya tawuran yang diakibatkan karena pelemparan batu-batu oleh para peserta tawuran. Kerusakan fasilitas umum tidak hanya merugikan masyarakat tetapi juga merugikan pemerintah daerah.
b.    Adanya korban tewas atau luka-luka
Para pelaku tawuran yang pada umumnya menggunakan senjata tajam dalam melakukan aksi tawuran. Hal ini tentu sangat membahayakan baik bagi pelaku tawuran  maupun korban yang tidak terlibat secara langsung dalam tawuran karena senjata tajam tersebut akan menimbulkan cidera atau luka- luka bahkan akan menimbulkan korban tewas.
c.    Psikologis pelaku dan korban tawuran
Dampak psikologis yaitu mengakibatkan frustasi dan stress. Frustasi adalah perasaan saat individu tidak dapat mencapai tujuannya karena ada rintangan yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan stress adalah keadaan saat individu merasa tertekan dan tegang yang mengganggu kehidupannya. Selain itu, para korban tawuran yang tidak terlibat langsung dalam tawuran selain mengalami kerugian material mereka juga akan selalu diliputi rasa rasa takut, resah, tidak aman dan tidak nyaman jika suatu saat akan terjadi tawuran.
d.    Terganggunya proses belajar di sekolah
Masalah tawuran juga akan berimbas pada proses belajar mengajar di sekolah. Pihak sekolah yang terkait dalam tawuran akan meliburkan proses belajar mengajar terkait dengan kondisi yang kurang kondusif pasca tawuran, hal ini akan merugikan siswa yang tidak ikut serta dalam tawuran. Selain itu juga dengan kejadian ini akan menimbulkan kerugian bagi pihak sekolah yaitu tercemar nama baik terkait tawuran yang dilakukan oleh peserta didiknya..
e.    Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi
Berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar menganggap bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sehingga dalam hal ini siswa akan cenderung acuh, tidak peduli dengan orang lain, egois, tidak disiplin, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan nilai-nilai yang ada dalam pancasila yang merupakan identitas bangsa Indonesia tidak diterapkan dalam diri setiap pelajar sehingga mengakibatkan degradasi moral dalam diri generasi muda yang notabene merupakan generasi penerus bangsa.

2.4.      BAGAIMANA UPAYA MENEKAN LAJU TAWURAN DIKALANGAN PELAJAR
Dari data statistik pada bab fakta menunjukan bahwa tawuran pelajar  dari tahun ketahun semakin meningkat. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kian meningkatnya kasus tawuran dari tahun ke tahun adalah lemahnya pendidikan moral pada diri para pelajar saat ini. Selain itu kurang adanya peraturan yang tegas dari pihak sekolah pada khusunya menjadi hal yang dapat dimanfaatkan bagi para pelajar untuk melakukan aksi tawuran. Oleh sebab itu perlu adanya kontrol sosial atau upaya yang harus di lakukan oleh lembaga-lembaga yang berwenang dalam hal tawuran guna menekan laju tawuran bahkan memutus mata rantai tawuran yang telah menjadi suatu tradisi.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan guna menekan laju tawuran antar pelajar :
1.    Membuat peraturan sekolah yang tegas
Peraturan sekolah yang kurang tegas adalah kesempatan bagi para pelajar untuk melakukan tindakan tawuran. Seharusnya di buat peraturan tentang bagi setiap siswa tak terkecuali yang terlibat dalam tawuran akan di beri sanksi berupa dikeluarkan secara tidak terhormat dari sekolah. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran harus di beri sanksi berupa skors selama beberapa hari atau minggu. Hal ini diharapkan agar para pelajar mau menghindari dan juga ikut berpartisipasi dalam menekan laju  tawuran antar pelajar.
2.     Memberikan pendidikan anti tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan. Jika terjadi suatu hal selalu berperilaku sopan dan menggunakan kepala dingin untuk mengatasinya. Selain itu di perlukan pemahaman sejak dini akan dampak dari timbulnya tawuran pelajar akan adanya korban jiwa dalam aksi tawuran. Berikan pandangan yang menakutkan kepada peserta didik akan kerugikan yang ditimbulkan dari aksi tawuran. Pendidikan karakter harus ditumbuhkan dan dikembangkan terhadap diri setiap pelajar untuk menciptakan moral yang positif dan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
3.    Kolaborasi belajar bersama antar sekolah
Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antara pelajar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk tidak terjadi tawuran antar pelajar. Dengan saling mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar tetapi diselesaikan dengan cara baik-baik
4.    Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya
Kenyataan di masa sekarang bahwa orang tua selalu sibuk dengan pekerjaan mereka  hingga anak-anak kehilangan figur orang tua mereka. Orang tua yang seharusnya sebagai proteksi dan sarana untuk melakukan kontrol sosial dengan mengawasi segala tindakan anaknya tetapi karena sibuk bekerja mereka tidak memilik waktu untuk hanya sekedar melihat perkembangan anaknya. Luangkan waktu di akhir pekan untuk berkumpul dan mendengar keluh kesah anak mereka. Jadilah teman curhatnya dan berilah arahan yang benar. Disinilah peran orang tua yang sesungguhnya diperlukan.
5.     Menjaga keharmonisan keluarga
Usahakan agar orang tua tidak mendikte atau mengekang anak dalam melakukan kegiatan selama yang dilakukannya masih positif dan tidak menyimpang dari aturan dan norma yang berlaku. Usahakan juga agar orang tua tidak melakukan tindakan kekerasan di dalam rumah dan tidak melakukan pertengkaran fisik dihadapan anak. Jika orang tua sendiri tidak dapat menghargai anggota keluarga sendiri, bagaimana anak-anak bisa menghargai orang lain? Selalu berikan contoh perilaku yang positif kepada anak.
6.    Memberikan pendekatan agama yang benar
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan dan pemahaman agama yang lemah menjadikan pelajar memiliki sifat anarkisme dan premanisme. Pendidikan agama dapat menumbuhkan sikap dan moral toleransi antar umat manusia sehingga akan menghindarkan diri dari sikap kekerasan yang dilakukan kepada antar umat manusia. Pendidikan agama dalam keluarga juga berperan penting dalam memberikan fondasi mental yaitu untuk membentuk karakter atau kepribadian seseorang. Fondasi agama yang benar bukan hanya terletak pada ritual keagamaan yang dijalankan tetapi lebih mengarah pada penerapan nilai-nilai moral dan solidaritas kepada sesama. Karena pada dasarnya penyebab utama terjadinya tawuran pelajar adalah buruknya moral para pelajar terutama moral tentang toleransi antar sesama umat manusia.
7.    Kehadiran negara dan ketegasan pemerintah
Kehadiran negara sangat diperlukan agar pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dapat berjalan efektif. Untuk mengatasi tawuran pelajar, ketegasan aparat sangat diperlukan karena kebiasaan tawuran itu membahayakan diri dan orang lain. Kepolisian harus bekerja sama dengan sekolah untuk mengembangkan budaya tertib hukum dan taat aturan. Sikap reaktif, menangkap pelajar yang terlibat tawuran, memang dibutuhkan tetapi sikap preventif-edukatif melalui kerjasama dengan pihak sekolah lebih penting karena akan mengatasi persoalan pada akarnya. Pemerintah juga perlu bersikap tegas terhadap unsur kepemimpinan sekolah, baik itu di sekolah negeri maupun sekolah swasta.



BAB III
PENUTUP
3.1.    KESIMPULAN
Tawuran pelajar merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial yaitu kenakalan remaja dalam bentuk kriminalitas dimana pelaku dari tawuran pelajar adalah seseorang yang masih menempuh proses belajar di dalam suatu organisasi pendidikan yaitu sekolah. Tawuran pelajar pada dasarnya merupakan bentuk dari penyampaian emosi terhadap suatu masalah oleh para pelajar yang  tidak ditempatkan pada cara yang tepat dan cenderung kearah yang menimbulkan kerugian baik fisik maupun material dimana kerugian tersebut tidak hanya dialami pelakunya melainkan dapat dialami oleh korban yang tidak terlibat secara langsung.
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan. Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik. Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.


         
3.2.   SARAN
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis memberikan beberapa saran. Diantaranya :
§  Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang baik untuk para pelajar.
§   Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif.
§  Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya..
§  Negara mampu memperhatikan generasi bangsa agar tercapai generasi yang adil, aman, dan tentram. Selain itu dapat bertanggung jawab.

3.3.   SUMBER INFORMASI INTERNET
Wibowo,A & Purnama,S.2012. “Pendidikan Karakter” .Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Cowley,Sue.2010. “Panduan Manajemen Perilaku Siswa”. Jakarta:Erlangga..
AlMutslaa.2013.”AnarkismePendidikanIndonesia”.http://buletin_fkm@yahoo.com/  anarkisme-pendidikan-indonesia/ (diakses 26 Desember 2013)
Lentera kecil .2012.“Fenomena Tawuran Antar Pelajar”.http://lenterakecil.com/  
           Fenomena-tawuran-antar-pelajar/ (diakses 26 Desember 2013)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar